17 November 2016

MOMENTUM REVOLUSI MENTAL BAGI AHOK

Penetapan tersangka oleh Kepolisian Republik Indonesia kepada Basuki Cahaya Purnama alias Ahok atas dugaan penistaan agama islam dapat dijadikan sebagai momentum revolusi mental bagi Ahok secara pribadi. Ahok dikenal sebagai pejabat publik yang tidak dapat menahan mulutnya untuk tidak berbicara kasar kepada setiap lawan politiknya dan kepada sebagian masyarakat yang tidak setuju atas kebijakan-kebijakannya sebagai seorang Gubernur, yang dianggap tidak memihak kepentingan rakyat. Sebagai seorang yang beragama kristen, bagi sebagian besar umat kristiani Ahok tidak sepantasnya mengeluarkan perkataan-perkataan yang dapat menyakiti perasaan orang lain. Kebijakan untuk memajukan kota Jakarta memang harus dilakukan, walaupun harus melalui permasalahan-permasalahan sosial dalam masyarakat. Tetapi bukanlah alasan yang dapat dibenarkan untuk Ahok dapat mengucapkan perkataan-perkataan yang tidak mencerminkan Ahok sebagai orang yang beragama kristen yang taat.

Agama kristen melalui kehadiran Yesus Kristus telah mengajarkan para pengikutNya untuk memiliki kasih yang tanpa syarat, tanpa membeda-bedakan suku, agama dan ras masing-masing orang. Tentu saja ini sangat kontradiktif dengan apa yang telah dilakukan Ahok, apalagi dengan statusnya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Hal positif yang dapat diambil oleh Ahok secara pribadi adalah menjadikan persoalan hukum ini sebagai momentum revolusi mental untuk menghentikan kebijakan "mulut kotor" dalam membangun kota Jakarta. Terlepas dari setuju atau tidak setuju atas penetapan Ahok sebagai tersangka "penistaan agama", kita sebagai warga Jakarta seharusnya dapat mengambil sikap yang benar dengan hati dan pikiran yang bersih untuk tetap menyalurkan hak politik kita, yaitu memilih calon Gubernur yang terbaik untuk kemajuan DKI Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Maka sangatlah bijaksana dan terhormat bila kita menjadi warga negara yang taat dan menghormati hukum yang berlaku di negara kita. Dan jangan sampai kita dengan mudahnya terprovokasi oleh orang-orang, organisasi-organisasi kemasyarakatan dan partai-partai politik yang mengatasnamakan Suku, Agama atau Ras tertentu dalam pesta demokrasi pemilihan gubernur serentak di seluruh wilayah NKRI.

Mari kita satukan tekad kita untuk menjadikan Jakarta sebagai ibukota yang berkelas dunia, kota yang memiliki peradaban tinggi, kota yang memiliki warga masyarakat dan para pejabat yang bermoral dan bermental baik, kota yang terbebas dari koruptor, kota yang menjunjung tinggi persamaan hak dan kewajiban dalam berbagai bidang.